Sabtu, 21 Februari 2015

My Cerpen~ Ku TitipKan Ayah Pada Mu Ya Allah~



KU TITIPKAN AYAH PADA MU YA ALLAH


Akhir-akhir ini aku sibuk mengurus studyku, yang sebentar lagi aku akan menjadi siswi sekolah menengah atas. Kenalkan nama ku Aliya, aku orangnya sangat simple dan apa adanya. Aku mempunyai dua orang kakak, dan seorang adik yang masih kecil. Hidup dengan keluarga yang lengkap dan banyak orang yang menyayangiku itu hal yang luar biasa, dan aku bersyukur untuk itu.
  Dini hari, aku dan keluarga sahur bersama, walaupun ngantuk tapi ku coba membuka mata ini dan mulai menikmati masakan yang di buat ibu. “ayo cepat makan yang banyak biar puasanya kuat dan nggak lemas” kata ibu “iya bu, ini Aliya mau makan yang banyak kok, masakan ibu kan enak sekali” jawab ku. Ayah ku hanya tersenyum melihat ku memuji ibu. Setelah selesai menyantap hidangan dan solat subuh berjamaah, ayah pamit karna beliau harus berangkat bekerja subuh ini juga. “bu, ayah pamit dulu ya.. assalamualaikum..” pamit ayah pada ibu, “iyaa yah, hati-hati di jalan, waalaikumsallam..”jawab ibu sambil mencium tangan ayah. Ayah  berangkat menggunakan sepeda motor.
            Pukul 08.00 WIB, aku mendengar kabar kalau ayahku kecelakaan, tapi aku tak percaya. Dan ku lihat semua orang dirumah dan tetangga ku pada sibuk. Aku hanya terdiam melihat kesibukan yang terjadi di rumahku. Aku tidak tahu siapa yang akan datang ke rumah ku, hingga ada penyambutan seperti ini. Lalu, ibu menghampiriku dengan uraian air mata yang mengalir di pipinya “Aliya.. ayah Aliyaa”, “ada apa dengan ayah bu? Katakan padaku apa yang terjadi padanya? Mengapa semua orang di rumah ini menangis ?” tanya ku pada ibu sambil memeluknya. “ayah mu sudah meninggal nak, beliau kecelakaan” jelas ibu yang tak henti-hentinya menangis. Entah apa yang masuk dalam raga ini,  aku merasa tubuhku terguncang hebat mendengar hal itu. Aku menangis dan tak sadarkan diri.
            Tak lama setelah itu, sirine ambulance terdengar, keluarga juga kerabat bercucuran air mata, aku mulai lemas lagi dan akhirnya aku pingsan.Beberapa selang kemudian, aku terbangun dan mencoba melihat jasad ayah yang sudah terbungkus pakaian terakhirnya kain kafan. Aku masih tak percaya sosok lelaki hebat yang telah membesarkan dan mendidik ku sekarang terwujud kaku di depan mata. Aku memeluknya dan tak ingin ku melepaskan pelukan ini, karna ku tahu aku tidak akan memeluk ayah lagi. Orang-orang yang berada di sekeliling ku mencoba menenangkan ku, tapi aku tak menghiraukannya. Aku terus menangis, dalam hati yang paling dalam aku menjerit begitu kencang akan cobaan yang telah ku terima dari Allah SWT. teman-teman ku berdatangan , mereka memberi support dan menenangkan ku, dan mereka mencoba menghiburku dalam hidup yang penuh keputusaan ini. Dan entah apa yang akan terjadi pada hidupku setelah ini, yang pasti saat ini aku tak berdaya. Semakin  siang kerabat-kerabatku berdatangan dengan air mata yang menghiasi pipi mereka, saat itu aku berpikir, bukan hanya aku yang kehilangan sosok ayah tapi mereka juga.
            Setelah selesai menyolatkan jenazah, tiba saatnya untuk mengantarkan ayah ke tempat peristirahatan terakhirnya, sepanjang perjalanan ke TPU, aku tak henti-hentinya menangis dan menjerit histeris, karna aku merasa hidupku tidak ada apa-apanya lagi  setelah kepergian ayah. Aku masih tak percaya ini terjadi.
            Beberapa bulan telah berlalu, sekarang aku sudah mulai mengikhlaskan kepergian ayah,walaupun aku selalu teringat padanya ketika mengenang semua kenangan kebersamaan kita. Kadang aku merasa iri pada mereka, yang diantarkan sekolah oleh ayahnya. Sedangkan aku? Aku juga ingin seperti mereka. Sekarang ini hanya do’a yang bisa aku persembahkan untuk ayah, aku selalu berdo’a untuk ayah semoga tenang di alam sana. Aliya janji yah, Aliya bakal bikin ayah bangga. Aliya janji. Ku titip ayah ku padamu Ya Allah.

Note: Untuk teman-teman yang masih mempunyai ayah hingga saat ini, sayangilah ayah, jangan membuat ayah kecewa. Nikmati kebersamaan kalian bersama orang-orang tersayang,karna waktu tak bisa di putar kembali.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar